A. Gangguan
belajar pada anak dipengaruhi oleh :
1.
Gangguan
indra adalah secara fisik/ jasmani
Gangguan pengelihatan : adalah murid yang
mengalami problem pengelihatan
( visual
) yang masih belum diperbaiki. Tetapi ada segelindir murid yang menderita gangguan
visual serius dan dikatagorikan rusak pengelihatanya, ini termasuk murid yang
menderita low vision dan murid buta. Anak-anak yang menderita low vision punya jarak
antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen di mana angka normalnya adalah
20/20) apabila dibantu lensa korektif. Anak harus menggunakan alat bantu
seperti kaca mata atau kaca pembesar, anak yang buta secara edukasional tidak
bisa menggunakan pengelihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan
pengelihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan
sentuhan untuk belajar. Banyak anak buta ini punya kecerdasan normal dan
berprestasi secara akademik apalagi diberi dukungan dan bantuan belajar yang
tepat. Namun multiple disabilities sering kali bukan hal yang aneh dalam diri
murid yang tergolong educationally blind. Murid yang menderita bermavam- macam
ketidak mampu ini sering kali membutuhkan berbagai jenis bantuan untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan mereka (Boyles & Contadino, 1997).
2.
Gangguan pendengaran :
gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak tuli secara
lahir atau menderita tuli saat masih anak –anak biasanya lemah dalam kemapuan
berbicara dan bahasanya. Pendekatan oral dan pendekatan manual, pendekatan oral
antara lain menggunakan metode embaca gerak bibir, speech reading ( menggunakan
alat visual untuk mengajar membaca ). Sedangkat pendekatan manual adalah dengan
bahasa isyarat dan mengeja jari ( finger spelling ), bahasa isyarat adalah
system gerakan tangan yang melambangkan tangan. Pengejan jari adalah “ mengeja
“ setiap kata yang menandai setiap huruf dari satu kata. Pendekatan oral dan
manual dipakai bersama untuk mengajar murid yang mengalami gangguan pendengaran
(Hallahann dan Kauffman 2000 ).
B. Gangguan
Fisik
1. Gangguan
Ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak
karena ada masalah di otot, tulang atau sendi. Tingkat keparahan gangguan ini
bervariasi, gangguan oropdik bisa disebabkan oleh problem ( dalam kandungan )
atau perinatal ( menjelang atau sudah kelahiran ), atau karena penyakit atau
kecelakan saat anak- anak. Dengan
bantuan alat adaptif dan teknologi pengobatan, banyak anak yang
menderita gangguan ortopedik bisa berfungsi normal di kelas ( Boyles &
Contadino, 1997 ).
2. Gangguan kejang- kejang
jenis ini yang paling kerap dijumpai adalah epilepsi, gangguan sarafyang
biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang – kejang.
Epilepsy muncul dalam beberapa bentuk berbeda ( Barr, 2000,Resang, 2000). Dalam
bentuknya yang paling umum, yang dinamakan absebt seizures, anak mengalami
kejang – kejang dalam durasi singkat (kurang dari 30 detik), tetapi bisa
terjadi beberapa kali sampai seratus kali dalam sehari. Dalam bentuk eplepsi
lain yang disebut tonic-clonic, anak akan kehilangan kesadarannya dan menjadi
kaku, gemeter, dan bertingkah aneh. Bila parah, tonic-clonic bisa berlangsung
selama tiga sampai empat menit. Anak yang mengalami epilepsi biasanya dirawat
dengan obat anti kejang, yang biasanya efektif dalam mengurangi gejala tapi
tidak mengilangkan penyakitnya. Jika tidak sedang kambuh , penderitan gangguan
ini akan berperilaku normal. Seorang anak baru ketahuan menderita epileksi di
masa SMA setelah dia mengalami beberapa kali kecelakan saat belajar mengemudi.
Satu satunya indikasi awal adalah dia mendapatkan nilai buruk dalam beberapa
ujian dan dia mengatakan bahwa dia hanya menatap ujiannya itu. Gurunya
beranggapan dia sedang melamun, tetapi waspadalah karena banyak melamun boleh
jadi adalah tanda – tanda epilepsi ringan.
3. Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang
ditandai dengan rendahnya kecerdasan ( biasnya nilai IQ –nya dibawah 70) dan
sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari –hari. IQ rendah dan kemampuan
beradaptasi yang rendah biasanya tampak sejak kanak-kanak, dan tidak dampak
pada periode normal, dan keadan retardasi ini bukan disebabkan oleh kecelakaan
atau penyakit atau cedera otak (Zigler, 2002).
C. Gangguan bicara dan bahasa
Gangguan suara : Gangguan suara tampak dalam ucapan yang
tidak jelas, keras, terlalu kencamg, terlalu tinggi, atau terlalu rendah. Suara
anak-anak yang berbibir sumbing biasanya sulit dimengerti. Jika seorang anak
berbicara dengan cara yang sulit dipahami, maka mintalah agar anak itu dibawa ke
spesialis terapi bicara.
Gangguan Bahasa : Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan
dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak. Gangguan bahasa dapat menyebabkan
problem belajar serius (Bernstein & Tiegerman- Farben, 2002). Perawatan
oleh ahli terapi bahasa biasanya bisa memperbaiki gangguan bahasa si anak,
namun problem ini biasanya tidak bisa hilang sama sekali (Goldstein &
Hockenberger,1991). Gangguan bahasa mencakup tiga kesulitan :
·
Kesulitan menyusun
pertanyan untuk memperoleh informasi yang diharapkan.
·
Kesulitan memahami dan
mengikuti perintah lisan.
·
Kesulitan mengikuti
percakapan, terutama ketika percakapan itu berlangsung cepat dan kompleks.
D. Kesulitan-kesulitan ini berkaitan dengan gangguan bahasa
reseptif maupun ekspresif.
Bahasa reseptif
adalah penerimaan dan permahaman atas bahasa. Anak penderita gangguan bahasa
reseptif akan kesulitan untuk menerima informasi. Informasi masuk tapi otak
akan sulit untuk memprosesnya secara efektif, yang menyebabkan anak kelihatan
cuek atau bengong saja. Setelah pesan diterima dan diinterpretasikan, otak
perlu menyusun respons.
Bahasa ekspresif : berkaitan dengan kemampuan menggunakan
bahasa untuk mengekspresikan pikiran dan berkomunikasi dengan orang lain.
Beberapa anak bisa dengan mudah memahami apa yang diucapkan orang lain, namun
mereka kadang kesulitan untuk memberi tanggapan atau mengekspresikan
pendapatanya. Problem dalam pembicaran ini adalah gangguan bahasa yang umum
tertentu.
Sumber : Santrock, J.W.2010. Psikologi Pendikan edisi kedua. Jakarta: Kencana
Sumber : Harwell, J.M. 2001. Learning Disabilities Handbook. Jossey-Bass,San Francisco
Sumber : Omrod, J.E.
2003. Educational Psychology.
Sumber
: Develepoping Learners. (Omrod, 2003). Merrill Prentice Hall. New Jersey
Posting Komentar